Guru serba salah dalam mendidik siswa/i nya.
Guru Jangan Membentak Atau Meninggikan Suara, Bahkan Marah - Marah Kepada Siswa
Assalamualaikum wr.wrb selamat pagi sahabat guru,
bagaimana kabarnya hari ini, masih semangat untuk mengajar, iya dong
harusnya begitu, tetep semangat ya, salam pendidikan, semoga tuhan selalu
menjaga dan melindungi kita semua amin, inilah pemaparan dari kk seto tentang
cara mendidik yang benar.
Guru yang keren itu adalah guru yang memahami psikologi anak
didik atau siswanya. Itu dikemukanan pakar pendidikan anak Seto Mulyadi ketika
menjadi pembicara dalam Seminar "Peran Profesionalisme Guru dalam Menjawab
Pendidikan Menuju Generasi Emas" di Dome Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM). Guru yang diimpikan siswanya itu adalah guru yang memperhatikan
dan mengerti dunia anak-anak yang didik, bahkan paham akan psikologi siswanya.
Itulah sosok guru yang sukses, profesional dan keren, kata Kak Seto.
Menurut dia, dunia anak adalah dunia bermain. Sebab itu cara
mendidik anak haruslah dengan cara bermain. Bukan dengan cara kekerasan seperti
membentak atau meninggikan suara, bahkan marah-marah kepada siswa.
Dalam kaitan ini, Kak Seto menjelaskan lima ciri utama mendidik
anak dengan cara bermain, yaitu :
Pertama, bermain didorong
oleh motivasi dari diri sendiri, sehingga apa akan dilakukan anak memang
betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena iming-iming hadiah atau karena
diperintah orang lain.
Kedua, lanjut Kak Seto, bermain dipilih secara benar sesuai
keinginan anak.
Ketiga, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan.
Keempat, bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang
sebenarnya, dan,
Kelima, bermain senantiasa melibatkan peran serta aktif anak,
baik secara fisik, psikologis maupun keduanya sekaligus.
Oleh karena itu, untuk bisa mendidik anak dengan bermain,
seorang guru harus juga menjadi seorang pendongeng, penyanyi, bahkan
pesulap.
"Mereka bukanlah orang dewasa ukuran mini, dunia mereka
adalah dunia bermain. Anak, selain bertumbuh secara fisik ia juga berkembang
secara psikologis, ia kreatif dan suka meniru," paparnya.
Selain memahami psikologi anak yang suka bermain, Kak Seto juga
menekankan pentingnya melatih dan mengembangkan kemampuan anak.
"Sebagai seorang pendidik yang baik pun, kita juga perlu
serius melatih dan mengembangkan berbagai kemampuan seperti sikap rendah hati,
ramah, sopan santun, kedisiplinan, juga kemampuan berbicara secara jelas,
tegas, lancar, menarik, menyanyi, bergerak lincah dan gesit, serta yang paling
penting adalah kreatif," urainya.
Menyinggung maraknya kekerasan terhadap anak yang terjadi
belakangan ini, Kak Seto mengatakan fenomena tersebut tak bisa dilepaskan dari
didikan guru dan orang tua pada anak saat kecil. Contohnya, stereotipe
anak nakal yang identik dengan dijewer ibunya, dibentak bapaknya, dan dihukum
gurunya.
Sementara itu, Rektor UMM, Fauzan, dalam sambutannya mengatakan
kehadiran Kak Seto merupakan representasi tetesan embun di tengah dahaga
masyarakat.
Baginya, saat ini perkembangan psikologi pendidikan mengalami
sakit agak parah karena faktor lingkungan.
Karenanya kehadiran Kak Seto yang di masa lalu populer dengan
yang disukai anak-anak, yaitu Si Komo bisa menjadi pencerahan bagi mahasiswa
FKIP UMM.
Menurut Fauzan, peran guru tidak hanya di sekolah. Guru adalah
perwakilan Tuhan dalam menegakkan norma-norma di masyarakat. "Dulu, guru
itu priyayi. Guru memiliki strata sosial ekslusif, sederhana tapi memiliki
kualitas yang tinggi," ucapnya.
Fauzan juga menekankan pengaruh guru yang begitu besar dalam
menentukan nilai-nilai di masyarakat. Indonesia menjadi negara konsumtif karena
guru yang selalu memberi contoh pada para siswa dengan kata membeli, bukannya
membuat.
"Yang sering jadi contoh dari guru yaitu `Ibu membeli
sayur,` 'Adik membeli sepatu'. Harusnya ada revolusi, diganti dengan kata-kata
semisal `Ayah membuat pabrik' agar secara psikologis terasa lebih gagah," ujar
Fauzan.
Semoga Informasi di atas bermanfaat untuk bapak ibu guru.
Salam Pendidikan.
No comments